Jumat, 18 Juli 2014

Surga kecil itu bernama "Pulau Sempu"

Berawal dari kegalauan seorang teman yang ingin "menyepi", terbesit keinginan untuk menyambangi Pulau Sempu. Ya Pulau Sempu, pulau yang berada di selatan Pulau Jawa tepatnya di selatan Kabupaten Malang yang kata teman2 sungguh indah pemandangannya.

Pkl 00.30 kita berdua yang sebelumnya sudah janjian bertemu di terminal "Bunder" Gresik berangkat membelah dinginnya pagi menuju ke terminal Bungurasih Surabaya. Pkl 01.00 kita tiba di terminal dan langsung mencari bis jurusan Malang, setelah tanya sana sini akhirnya kita naik bis patas menuju Kota Malang. Pkl 04.00 pagi akhirnya kita tiba di terminal Arjosari dan setelah mengisi perut dan ngopi sejenak di warung yang berada di terminal kita berdua naik angkot AMG menuju terminal Gadang, setelah sampai disini kita masih lanjut menggunakan mobil Elf yang akan membawa kita menuju ke Turen.

30 menit perjalanan akhirnya tiba juga di Turen.. dilanjutkan kembali naik angkutan menuju ke Sendang Biru yang memakan waktu hampir 2 jam, akhirnya pkl. 08.00 pagi tibalah kita dirumah Bpk. Mamik, Bapak mamik sendiri adalah ketua paguyuban para pemilik perahu yang akan menyeberangkan kita menuju Pulau Sempu. Setelah beres-beres dan ngopi sebentar kita melanjutkan perjalanan ke Pulau Sempu menggunakan perahu yang memakan waktu sekitar 30 menit. Perjalanan belum selesai, kita masih harus berjalan kaki menyusuri rawa-rawa yang alhamdulillah waktu itu musim kemarau jadi tanah yang kita lewati kering kerontang. Setelah berjalan kaki sekitar 1 jam akhirnya tiba juga di Segara Anakan, surga tersembunyi yang berada di Pulau Sempu.




Biaya :
  • Terminal Arjosari - Terminal Gadang : 5.000 / orang
  • Terminal Gadang - Turen : 10.000 / orang
  • Turen - Sendang Biru : 20.000 / orang
  • Perahu PP 100.000

Jumat, 29 Maret 2013

Latimojong : Mimpi di atas awan

Pendakian kali ini merupakan perjalanan yang amat sangat saya impikan dari dulu, ya apalagi klo bukan ke Gunung Latimojong, Gunung tertinggi se-Pulau Sulawesi dan naik pesawat untuk pertama kalinya dalam hidup saya. (lebai wkwkwkwk....)

19 Maret 2013
Pesawat mendarat mulus di Bandara Sultan Hassanudin Makassar pkl 19.00 WITA dari Bandara Juanda Surabaya. Sudah ada Kizzen anggota Mapala YPUP yg menjemput saya di Bandara, perjalanan dilanjutkan ke sekret Mapala YPUP menempuh perjalanan ± 1 jam di kota Makassar, disini saya disambut dengan ramah sama anggota Mapala YPUP. Pkl 22.00 saya dengan ditemani Mbak Mol, Mbak Liesdah dan Kizzen jalan ke Pantai Losari. (Pantai Losari men pantai yang terkenal itu tp sayang tdk seberapa bagus seperti yang saya kira.) Sembari ngobrol ngalor ngidul dengan hidangan khas Pisang Epe, tak terasa waktu sudah menunjukkan pkl 01.00 dan kita pun kembali ke sekret untuk beristirahat untuk perjalanan besok.

20 Maret 2013
Setelah re-packing ulang akhirnya pukul 15.00 kita (Saya, Bolang, Kizzen, Goim, Rogal) berangkat menuju Terminal Makassar Metro. Setelah bernegoisasi dengan sopir angkutan yg akan membawa kita ke Kab. Enrengkang, pkl 21.30 akhirnya kita berangkat membelah malam menuju Enrengkang, pkl 02.30 akhirnya kita sampai di Enrengkang. Disinilah senengnya klo mau ke Latimojong krn orang yang kita temui sangat baik dan ramah, sopir yg membawa kita tadi menawarkan kita untuk bermalam dulu dirumahnya.

21 Maret 2013
Pkl 08.00 kita bersiap untuk berangkat menuju Pasar Baraka untuk mencari mobil yang akan membawa kita ke kaki gunung tp sebelum berangkat kita sarapan dulu dirumah pak sopir tadi karena istrinya sudah menyiapkan sarapan untuk kita. Pkl 09.00 kita sampai di Pasar Baraka dan setelah bernegoisasi dengan sopir jeep yg akan membawa kita ke Dusun Karangan (dusun terakhir di kaki Gunung Latimojong). Pkl 12.00 mobil pun berangkat membawa kita bersama bahan-bahan pokok makanan untuk warga di Desa Latimojong (ingat mobil jeep yang kita tumpangi hanya ada di hari pasar saja). Pkl 14.30 kita sampai di dusun Rante Lemo dan gara-gara didepan ada truck yg membawa material bangunan mogok di tanjakan dan tak bisa jalan akhirnya pkl 15.45 kita putuskan jalan kaki melanjutkan perjalanan menuju dusun karangan dan pkl 17.00 akhirnya kita sampai jg di dusun karangan. (mengingat pesan Mbak Mol kalo sudah melewati jam 4 sore lebih baik kita bermalam dulu di karangan) akhirnya kita putuskan bermalam dulu di rumah kepala dusun karangan.

22 Maret 2013
Pkl 07.30 setelah sarapan dan ngopi perjalanan pun dimulai. Dari dusun ke Pos 1 jalur masih terbuka tp sudah lumayan menguras tenaga karena jalur yg kita lewati adalah bukit yg lumayan menanjak yg menjadi lahan kopi para penduduk, waktu yg ditempuh untuk menuju ke Pos 1 ± 1 jam.

Pos 1

Setelah break 15 menit perjalan pun kembali dilanjutkan, disini jalur sudah tertutup karena kita sudah memasuki hutan lebat tp jalur lumayan landai tdk seperti sebelumnya, waktu yg ditempuh ± 1,5 jam untuk menuju Pos 2. Di Pos 2 ini ada sungai yang sangat melimpah airnya dan bisa untuk dibuat camp spot, kita break untuk ngopi sambil melepaskan beban yg kita bawa, setelah break 1 jam perjalanan kembali dilanjutkan dan disinilah menurut saya siksaan dimulai.

Pos 2
Sungai yang ada di Pos 2

Jalur dari Pos 2 menuju Pos 3 adalah jalur yg hampir berdiri tegak 90 derajat dan hutan yg lebat, setelah menempuh waktu ± 30 menit akhirnya kita sampai di Pos 3. Setelah break 15 menit perjalanan kembali dilanjutkan dan jalur yg kita lalui masih sama seperti sebelumnya tp tdk seberapa parah tanjakannya dan pkl 12.30 akhirnya kita sampai di Pos 4, waktu yang ditempuh ± 45 menit. Setelah break 15 menit kita kembali melanjutkan perjalanan (dari sini dalam hati saya, saya sudah merasa tertipu dengan catper yg saya baca di internet sebelumnya  krn tdk dijelaskan jalurnya seperti apa, makanya saya cm kasih saran buat yg baca catper ini, klo ingin naik gunung jgn pernah percaya catper yg kalian baca sebelum merasakan sendiri tak terkecuali catper saya ini hahhahaha). Setelah menempuh waktu ± 1,5 jam akhirnya sampai jg di Pos 5 (Di Pos 5 ini ada sumber air tp untuk mengambilnya kita harus turun dulu kebawah dan jalurnya amat sangat curam treknya). Kita break ± 1 jam untuk makan dan ngopi sembari melepaskan beban yg kita bawa krn kita fullback bawa air dari Pos 2. Pkl 15.10 perjalanan kita lanjutkan kembali dan lagi-lagi jalurnya masih sama yaitu nanjak, nanjak dan nanjaaaakkkk ... Pkl 16.00 kita sampai di Pos 6 dan setelah break 15 menit perjalanan kembali kita lanjutkan, jalurnya pun masih sama, nanjak dan lumayan panjang tp disini sudah lumayan terbuka jalurnya tdk sepeti sebelumnya yg masih hutan tertutup. Setelah menempuh perjalanan ± 2 jam, pkl 18.00 kita akhinrya sampai di Pos 7, di Pos ini kita camp spot. (disini ada sungai kecil tp tdk seberapa deras alirannya tdk seperti di Pos 2)

Pos 3

Pos 4

 Pos 5

Break Makan Siang di Pos 5

Bunga di sepanjang Pos 5 ke Pos 6

Bunga di sepanjang Pos 5 ke Pos 6

 Pos 6

Seperti inilah wajah hutan dari Pos 2 sampai Pertengahan Pos 7


Sungai yang ada di Pos 7

Camp spot Pos 7

Pos 7

23 Maret 2013
Pkl 06.30 kita melanjutkan perjalan menuju Puncak. Disini saya jg ngerasa kesel krn menuju Puncak Rante Mario kita mesti naik turun puncak yg lumayan menguras tenaga (seriusan yg bikin jalur ngeselin hahhaha).

Pos 8 yang berupa lahan luas

 Trek menuju Puncak

Akhirnya setelah menempuh perjalan ± 1,5 jam akhirnya kita sampai di Tranggulasi Puncak Gunung Latimojong, Puncak Rante Mario 3478 mdpl. Puji syukur kehadirat Allah setelah menempuh perjalanan yg lumayan melelahkan kemarin akhirnya usaha kami berlima membuahkan hadiah.

Tranggulasi Puncak Rante Mario

No comment :P

Allah Maha Besar

Inilah kami

Setelah puas berfoto, ngopi dan menikmati lukisan sang Pencipta Pkl 09.30 kita kembil turun menuju Pos 7, waktu yg ditempuh ± 1 jam. Setelah makan dan packing pkl 12.00 kita melanjutkan turun, pkl 15.00 kita sudah sampai di Pos 2, pkl 15.30 setelah ngopi dan re-packing ulang hujan turun, disini kami sempat beradu argumen untuk melanjutkan perjalanan atau camp spot, dan setelah diadakan voting maka kami berlima memutuskan untuk camp spot di Pos 2 ini krn pertimbangan jalur yg akan kita lalui adalah masuk hutan yg lebat dan menyisir bukit.

24 Maret 2013
Setelah sarapan dan packing pkl 07.00 kita melanjutkan perjalanan menuju dusun karangan, disini si Goim (anggota kelompok yg paling kuat staminanya kita suruh jalan duluan ke desa Rante Lemo utk mengejar mobil jeep kmrn yg membawa kita naik utk menunggu kita dan membawa kita kembali menuju Pasar Baraka). Pkl 08.30 kita berempat sampai di dusun karangan dan setelah berpamitan dengan kepala dusun pkl 09.30 kita kembali jalan menuju desa Rante Lemo, waktu yg kita tempuh ± 1,5 jam dari rumah kepala dusun ke desa Rante Lemo. Dan akhirnya pkl 11.00 kita sampai di dusun Rante Lemo dan mobil jeep yg sudah menunngu kita dari tadi pun akhirnya berangkat turun menuju Pasar Baraka. Sampai di Pasar Barak waktu yg ditempuh ± 3 jam. Setelah sempat beristirahat dan makan pkl 15.00 mobil yg sudah kita pesan dr kmrn untuk membawa kita kembali ke Makassar berangkat. Pkl 21.30 akhirnya sampai kembali di sekret Mapala YPUP.

Nb : Thank's to Allah Swt, Mapala YPUP, Mbak Mol, Mbak Liesdah.

Biaya :
Mobil Makassar - Enrengkang Rp. 60.000
Mobil Jeep Pasar Baraka - Rante Lemo Rp. 20.000 (sebenarnya mobil bisa sampai ke dusun karangan dengan tarif Rp. 35.000)

Sabtu, 18 Agustus 2012

Argopuro : Absolutely trekking

Day 1 : Rabu, 16 Mei 2012

Pagi buta pukul 03.15. Setelah 15 jam lebih rangkaian gerbong kereta Gaya Baru Malam tiba di Stasiun Wonokromo. Bersama keril penuh logistik dan sebuah lafuma summertime 3/4 saya menjejakan kaki untuk pertama kali di Surabaya. Sebelum lanjut ke Bremi saya stay di Bungurasih, terimakasih buat mas Angga untuk kamar istirahat dan secangkir kopi paginya.
Di sini sudah menunggu teman2 yang lain. Mba santi dari Jakarta yg lebih dulu sampai, mas Wakis, Paheri, dan mas Deni (akhirnya ga ikut join trip), dari mapala BIRU Gresik : Kancil, Ciprut, Ketum, Kafi, Gathel, dan Gombal. Jadi tim Argopuro ini berjumlah 10 orang.
Karena keterlambatan mobil carteran, pukul 14.00 barulah kami meluncur menuju Bremi. Desa Bremi berada dalam wilayah kecamatan Krucil kabupaten Probolinggo. Menurut altimeter GPS berada pada ketinggian 1041 mdpl.
Jam setengah 8 malam kabut tipis menyambut kami di Desa Bremi. Kepada pak polisi jaga di Polsek Krucil kami melaporkan kedatangan kami sekaligus menumpang tidur malam ini.

Day 2 : Kamis, 17 Mei 2012

Pukul 09.20 seusai sarapan dan sesi foto, kami berangkat menuju target camp pertama, Danau Taman Hidup. Ada beberapa persimpangan mulai dari pintu gerbang pendakian sampai batas hutan pinus atau sebuah pos dengan gazebo panggung, mengingat ini adalah area perkebunan. Petunjuk sederhana adalah memilih jalan yang lebih menanjak, atau lebih aman bertanya penduduk setempat yang terkadang lewat.
Jam 10.20, setelah 30 menit rehat di pos ini kami melanjutkan berjalan memasuki hutan pinus. Mulai dari sini jalur mulai menanjak, kemiringan +-60 derajat. Masih enteng lah.
Menjelang danau taman hidup jalur melandai dengan pohon-pohon yang diselimuti lumut.
Kurang lebih 7 jam dari Bremi atau tepat pukul 16.05 saya sampai di pertigaan, belok kanan dan membawa saya ke danau Taman Hidup 10 menit kemudian. Di situ hanya ada satu plang kecil arah kanan yang menunjuk ke danau.
*Overall rute Bremi – Danau Taman Hidup adalah relatif mudah, jalur jelas, hampir tidak ada percabangan yang membingungkan ( kecuali jalur dari gerbang pendakian sampai batas hutan pinus ). Waktu normal yang ditempuh 6-8 jam. Air membawa secukupnya saja hanya untuk bekal di perjalanan.

Day 3 : Jum'at, 18 Mei 2012

Karena kesiangan akibat kecapean dan begadang. Jam 10.15 kami baru selesai re-packing.
Jalur menuju Cisentor diawali hutan berlumut, tidak menanjak bahkan rata. Terdapat mata air tidak jauh dari pertigaan. Kualitas air disini lebih oke dari danau Taman Hidup, air untuk bekal sampai Cisentor/Engkenik better ngisi disini.
Kurang lebih 30 menit kemudian jalur mulai menanjak menyusuri punggungan bukit yang menjadi background danau. Lumayan menguras stamina disini.
Trek berikutnya menyusuri lereng-lereng bukit. Berbeda dengan dipunggungan. Jalur ini miring, minim pohon, sempit dan tertutup rumput/semak-semak. Sesekali tubuh dipaksa condong ke sebelah kanan untuk mengurangi resiko terjatuh ke dasar bukit di sebelah kiri. Terutama bagi mereka yang mendapat kehormatan sebagai porter tenda dan logistik.
Pukul 14.08 atau +- 4 jam dari danau sampailah pada sebuah spot camp. Sebidang tanah datar lengkap dengan beberapa pohon besar. Tempat mewah beristirahat untuk beberapa batang rokok.
15an menit dari situ terdapat pertigaan. Jalan lurus yang menanjak langsung menuju Rawa Embek tanpa melewati Engkenik dan Cisentor. Info dari rombongan pendaki yang ternyata balik turun ke pertigaan adalah jalur ini lumayan berat, tanpa sumber air dan nyaris tanpa bonus trek, “dalane parah rek, lewat kanan wae” kata pria itu sambil menyeka keringat.
Tentu saja kami ambil kanan (jalur normal) mengikuti mereka. Ada tebing batu di sebelah kiri sebagai penanda jalur ini. Beberapa tanjakan terjal bersambut turunan curam lalu melandai. Mungkin karena masih musim hujan dan kabut yang sering hinggap, trek ini sangat licin, sepatu trekking merk apapun kayaknya tak mempan mengatasinya.
Setelah puas terpeleset kita akan melewati setapak sempit dan licin yang kanan kirinya tanaman jancuk setinggi 1.5 meter bahkan lebih. Sampai ke daun2nya pun berduri.
Dan “tak terasa” teriknya siang berganti temaram senja. Jam 17.30 kami berempat segera mencari lokasi ideal untuk ngaso sambil menunggu anggota lain yang masih di belakang. Jalur taman hidup ke engkenik terkenal akan banyaknya pendaki yang tersesat. Kombinasi jalur yang naik turun dan semak-semak yang menutupinya sering membingungkan pendaki. Berjalan dengan rombongan besar adalah cara teraman.
Pukul 20.45 tenda kembali digelar di Engkenik, sebuah spot camp untuk 2-3 tenda di tepi mata air.
Usai semangkuk mi instan dan segelas teh manis kami sudah terlelap di balik sleeping bag.
*Progress kami hari ini adalah Danau Taman Hidup-Engkenik ditempuh dalam waktu 10 jam lebih, lambat menurut saya.

Day 4 : Sabtu, 19 Mei 2012

Pagi ini kami sudah selesai re-packing pada jam 08.45.
Rute Engkenik – Cisentor cenderung landai. Di awali dengan menyusuri setapak di bawah kanopi hutan dan tumbuhan merambat, lalu savana pendek yang sepertinya acap menjadi arena bermain babi hutan.
Kali ini saya menemani berjalan di depan. Jam 09.40 atau kurang 1 jam tiba di Cisentor.
Jam 10.15 saya start summit, berbekal sebotol air sementara keril kami parkir di Cisentor. Trek summit lebih dominan jalur landai dibanding menanjak, namun sesekali ditemui tanjakan terjal yang menyiksa. Rute ini terdapat jalur yang berupa rerumputan sangat lebat setinggi hampir 2 meter. Harus jeli mengamati jalur disini. Sehingga sangat beresiko jika dilewati saat hari gelap atau malam hari.
Akhirnya, setelah trekking 2 hari, puncak gunung ini terlihat juga dari balik semak dan pohonan.
Jam 11.45 (2 jam berjalan cepat) Puncak Rengganis berdiri di depan saya. Sedang Puncak Argopuro di sebelah kanannya.
Puncak Rengganis adalah bukit berbatu, ada bekas dinding bangunan berupa susunan batu di beberapa sudut. Ada juga sebuah petilasan di bagian teratas puncak ini.
Sedangkan Puncak Argopuro sebuah bukit dengan pepohonan yang lebat.
Setelah mengabadikan beberapa momen. Kami balik ke Cisentor, tak lupa mampir di Rawa Embek untuk mengisi ulang botol minum dan menikmati atmosfernya. Seperti Cisentor Rawa Embek adalah spot camp yaitu tanah lapang sedikit landai dengan lantai rumput, ada juga sumber air dari sungai kecil. Namun kebanyakan pendaki memilih ngecamp di Cisentor yang lebih “hangat”.
Sekitar jam 4 sore saya nyampe Cisentor, kemudian ngopi dan bermalas2an sambil menunggu 6 teman lain yang masih di atas. Usai shalat maghrib semua anggota tim sudah berkumpul.
Setelah mengisi perut kami lanjut ke Cikasur malam itu juga. Keril yang dari siang tadi tergeletak di rerumputan Cisentor kembali bertengger di punggung. Berjalan beriringan, jam 19.45 kami menyeberangi sungai mata air dan meninggalkan dinginnya Cisentor.
Jalur Cisentor-Cikasur justru menanjak pada satu jam pertama, lalu turunan melandai melewati lebatnya hutan Argopuro. Ada patok kayu setiap beberapa belas meter sebagai panduan.
Medan berikutnya adalah Savanna Argopuro yang terkenal itu. Sayang, saya melewatinya pada malam hari, beruntung cerahnya langit malam itu menyuguhkan taburan bintang. Kerlipnya tersebar hingga batas cakrawala di ujung Savanna.
Kalau tidak salah ingat Cikasur membentang di hadapan saya usai menuntaskan savana ke 7.
Arloji menunjukan pukul 23.35 ketika kami mulai membongkar keril dan mendirikan tenda.
Ditemani segelas kopi saya baru memejamkan mata jam 3 pagi.
*etape Cisentor-Cikasur dilibas dalam waktu 4 jam dengan kecepatan standar.

Day 5 : Minggu, 20 Mei 2012

Jam 13.05, setelah makan besar, bersantai dan bermain air di sungai Cikasur kami berangkat menuju Baderan.
Ada perubahan formasi, mengingat jauhnya rute ini maka Gathel, Kafi, Ketum akan mengawal Gombal yang ngedrop. Estimasinya mereka harus menginap semalam lagi dalam perjalanan turun. Sementara itu planing kami berenam turun hari ini juga.
Well, awal perjalanan masih berupa savanna dengan landscape langit biru, bukit hijau dan pohonan pinus.
Setelah itu trekking menyusuri punggungan bukit yang seperti gak ada ujungnya.
Pukul 17.30 atau 4,5 jam berjalan saya baru sampai di sumber mata air 1, itu hanya sedikit lebih jauh dari setengah panjang trek ini!
Jam 19.30 cahaya citylights muncul dari balik ujung dahan. Sedari Bremi baru sekarang terlihat. Selanjutnya adalah yang saya tunggu2. ladang penduduk. Sangat berarti bagi pendaki amatir seperti saya. Kami pun merayakannya dengan minum bersama sebotol nutrisari.
Namun tak disangka itu adalah awal malapetaka bagi kaki saya. Mulai dari sini treknya adalah susunan batu yang gak beraturan, lancip-lancip, tak berbentuk alih-alih berpola. Efeknya dengkul dan telapak kaki yang tadinya fine-fine aja jadi nggak karuan. Lecet, itu pasti.
Setelah 2 jam lebih yang menyedihkan jam 21.50 saya melihat gapura “pendakian Argopuro baderan” dari kejauhan. momen paling membahagiakan.
Jam 22.30 saya pun sudah menikmati secangkir kopi sambil mengelus2 kaki di basecamp baderan.
*etape akhir dan paling berat menurut saya. 10 jam kami menempuhnya.
*saat pendakian ramai para ojeg motor akan mangkal di batas ladang. 

Day 6 : Senin, 20 Mei 2012

Sebenarnya karena ga dapet lapak tidur aja saya terpaksa begadang. Ditemani kopi hitam, sebungkus rokok dan obrolan hangat saya menghabiskan malam terakhir di Argopuro.
Jam 4 pagi! Kami baru mendapat giliran turun. Dua jam dan sampailah di Besuki. Di sebuah warung kecil saya mengisi perut sekenyangnya, lalu tidur pulas dalam bus menuju Surabaya.
Jam 11.00 kami tiba di Surabaya dengan kondisi badan yang sudah ga asik, maklum 4 hari ga mandi. Disambut mas Deni dan mas Angga yang kemudian menggiring kami ke rumahnya untuk selonjoran dan membersihkan diri.
Saya pulang ke Jakarta menumpang Bus Rosalia Indah. Jam 17.00 start meninggalkan Surabaya. Dalam 23 jam ke depan saya akan tau pilihan menggunakan moda transportasi bus adalah sebuah blunder.
Day 7
Selasa sore tanggal 22 Mei 2012 menjelang ashar saya kembali menjejakan kaki di Jakarta.
That’s end of the great adventure in Argopuro.

__

Catatan kaki :
  • Tiket kereta ekonomi Gaya Baru Malam Jakarta-Surabaya Rp. 33,500.
Tiket balik Surabaya – Jakarta bisa juga dibeli di Jakarta, sulit didapat untuk kereta ekonomi. Lebih aman minta tolong kawan di Surabaya untuk memesankannya.
  • Carter mobil Elf (isi 10-11 orang) Surabaya – Bremi Rp. 600,000 tidak rekomendasi, kemahalan, harusnya bisa lebih murah. Bisa juga naek angkutan umum dari Surabaya, namun tetap harus carter mobil dari Probolinggo ke Bremi.
  • Angkutan Baderan – Besuki Rp. 10,000
  • Bus Besuki – Surabaya Rp. 20,000
  • Tiket bus Rosalia Indah Surabaya – Jakarta Rp. 195,000 tidak rekomendasi, perjalanan menggunakan bus jauh lebih lama dibanding kereta dan lebih melelahkan. Apalagi dengan kondisi badan loyo sehabis ndaki.
Penulis  : Kampret.
              Fb : https://www.facebook.com/samz.d.kampret
              Twitter :

Selasa, 05 Juni 2012

Ranukumbolo

Jeprat-jepret dg background Ranukumbolo
Siapa yg tak kenal Danau ini ?? Danau yg berada dalam kawasan Gunung Semeru yg merupakan Gunung favorit para pendaki ini berada diatas ketinggian 2500 mdpl. Yeah tak terasa hampir setahun yg lalu saya menginjakkan kaki di Danau ini.



Setelah melewati perjalanan yg hampir memakan waktu 5 jam dan peluh keringat yg bercucuran, satu kata secara spontan keluar dr mulut ketika melihat Danu ini dr atas bukit "Subhanallah" cantik .. ya cantik mungkin kata yg pas utk menggambarkan keindahan Danau yg tersembunyi di atas Gunung ini.
Sungguh besar ciptaanMu Ya Allah.

Minggu, 03 Juni 2012

Danau Taman Hidup



Dulu saya pernah berangan-angan ingin menikmati keindahan Danau Taman Hidup, yah dulu dan tepat 2 minggu yg lalu saya baru menginjakkan kaki saya disana. Inilah Danau Taman Hidup, Danau yg tersohor akan keindahannya itu. Danau yg kata sebagian orang tempat mandinya Putri Dewi Rengganis yg terkenal akan legendanya. Dan suatu saat bila kaki ini mampu untuk berjalan, kelak saya akan kembali menyambanginya.

Pendakian ke Puncak Gunung “suci" Agung.

Narsis dulu ..

Peraturan Pendakian

Pos 1

Jalur dg kemiringan 75 derajat

Trio Kwek-kwek

Puncak

Kawah dg Relief keemasan

Semangat ..

Tak pernah terbayangkan sebelumnya bakalan mengunjungi Gunung ini. Gunung yang menurut kepercayaan orang2 Bali merupakan Gunung suci. Yaah adalah Mbak Santi yg bisa meracuniku untuk berangkat menuju ke Bali.

1 Maret 2012
Setelah perjalanan 12 jam naik mobil travel yg menurut saya amat sangat tidak nyaman, akhirnya Pkl 06.00 WITA saya menginjakkan kaki di Pulau Dewata Bali untuk yg kedua kalinya. Setelah ngehubungi Mbak Santi yg semalem udah nyampe duluan naek pesawat dr Jakarta (pesawat ?!?! enak bgt ya) dan dia bilang ga ada yg bisa ngejemput saya di Travel, dia nyuruh naik angkot dg tujuan Universitas Mahasaraswati Denpasar. Dengan kesadaran otak saya menyusuri jalanan kota dan setelah tanya sana tanya sini, Finally sampe jg di tempat tujuan yg sudah ada Mbak Santi dan temannya satu lagi Mbak Mol dr Makassar nungguin saya. Setelah beristirahat sejenak tiba waktunya jalan-jalan (dengdong jalan-jalan, lht bule hahhha) di Pulau Dewata Bali dg tujuan Pantai Sanur, puas di Pantai Sanur lanjut lg ke Pantai Kute menikmati sunset (gempor2 dah ni kaki).
Yeeah tak ada hal yang paling indah kecuali jalan-jalan dikota orang :p :p :p. Tak terasa malam pun beranjak dan tiba waktunya balik ke sekret untuk beristirahat dan disana sudah nungguin pentolan-pentolan Mapala Bhuana Giri dengan jamuan khas Bali, ya ya ya apalagi klo bukan Arak Bali. Setelah berkenalan, briefing, ngobrol ngalor ngidul akhirnya tak terasa jam menunjukkan Pkl 02.00 WITA. Saya pun pamit tdr dg mereka (alesan pdhl udah mabuk :D) nyusul Mbak-mbak yg udah tepar duluan.

2 Maret 2012
Setelah bangun tdr seperti biasa Mbak-mbak berdua ini ngajakin jalan-jalan lg tp kaki saya seakan tak mau beranjak dr sekret dan akhirnya saya pun ditinggal sendirian. Drpd bengong sendiri kyk patung akhirnya ini kaki ngajakin jalan-jalan muterin kampus yg semuanya berada dalam satu lingkunagan mulai dr TK-SD-SMP-SMU-PERGURUAN TINGGI (emang pas lg jam belajar mengajar ga berisik apa ya hihhihihi). Puas jalan-jalan kaki ini mengisyaratkan untuk beristirahat di salah satu kantin yg ada dalam kampus ini. Mmmh mata pun langsung tertuju pada makanan khas Bali yg berbahan dasar Toge dan dikasih kuah pecel, nikmat ….
Sore pun tiba, kedua Mbak-mbak ini akhirnya dateng dr berburu bule eh oleh-oleh maksudnya :p dan disepakati malam kita jalan ke tempat tujuan yaitu Gunung Agung. Jalur yg kami pilih adalah jalur Pura Pasar Agung atau yg lebih dikenal dengan jalur Selat. Pertimbangannya adalah waktu tempuh lebih cepat dibanding jalur Pura Besakih. Dengan ditemani Dwix “Tompel” sang ketum, berangkatlah kami membelah dinginnya pagi kota Denpasar (24.00 WITA) dengan berkendara motor pinjeman, hahaha… sempet teriak2 karena digonggongin anjing & mogok di tanjakan.
Sekitar Pkl 02.00 WITA sampailah kami di basecamp (Pura Pasar Agung), beres2 sebentar, dan memulai perjalanan dengan berdoa.

3 Maret 2012
Mhhh, baru kali ini saya melakukan perjalanan start dari basecamp jam 2 pagi.. Sejenak beristirahat di POS I (satu2nya pos yg ada di jalur Selat). segelas kopi rame2 cukup menghangatkan tubuh kami.
Perjalanan kami lanjutkan. Jalur yg kami lalui adalah jalur batu-batu tajam tanpa bonus sedikitpun. Semakin mendekati puncak, kemiringan semakin tajam. Ini yg sempat membuat gemetar kaki dan tangan Mbak Santi.
Ahhhh, setelah melaui perjuangan yg cukup menguji nyali, akhirnya sekitar pukul 09.00 kami berhasil menggapai puncak yg berupa bebatuan besar (sayang banyak tangan orang2 bego yg mengotorinya) … plong dan lega, hilang letih semalaman ketika memutar pandangan ke segala arah. Disisi utara (menurut saya) laut Bali terlihat indah berkilauan… hamparan awan seputih kapas menghias langit maha sempurna. Relief keemasan kawah ada di bawah kami. Sungguh maha sempurna ciptaan-Nya..
Sejenak memanjakan mata & me-recharge tenaga. Tak lama kami turun karena info dari seorang guide, jam 11 pasti turun hujan. Setelah puas mengabadikan moment, kami pun turun menyusuri bebatuan terjal dengan semi perosotan. Benar juga, belum habis batas vegetasi, gerimispun menyambut. Sempat pula Mbak Santi histeris karena digigit pacet (dia kan paling takut sama makhluk yg satu ini hihiihi)…dan kira2 pukul 15.00 WITA sampailah kami di basecamp. Syukur Alhamdulillah…
Perjalanan dilanjut pulang menuju ke Universitas Mahasaraswati Bali. Tak disangka setelah setengah perjalanan hujan mengguyur kami dengan derasnya dan saya pun kehilangan Dwix gara2 tidak kelihatan. Bingung dg arah mana saya mau pulang, akhirnya dengan berlagak sok iye, tanya sana tanya sini dan ngikutin petunjuk jalan akhirnya Pkl 21.00 WIta saya pun tiba dg selamat di sekret bersama Mbak Santi.

4 Maret 2012
Pkl 05.00 WITA Mbak Mol yg udah bangun lebih dulu, berpamitan pulang menuju Makassar dg pesawat "Flight Early". Akhirnya Pkl 16.00 WITA mobil travel yg berbeda dr yg berangkat kmrn yg saya pesan sudah berada di depan kampus, tiba saatnya giliran saya untuk berpamitan dengan kawan-kawan dr Mapala Bhuan Giri.

Spesial Thank’s to : Allah SWT, Mapala Bhuana Giri, Mbak Santi, Mbak Mol.